Jumat, 31 Agustus 2012

Penggalan Kisah dalam Kehidupanku bersama Sahabat Terindah



Waktu berlalu tanpa ku sadari, mengiringi setiap fase kehidupanku dan menjadi saksi atas setiap penggallan kisah hidup ini.
Rasanya baru kemarin mengenakan seragam putih merah, bermain lepas bersama teman sejawat di kebun, di sawah bak seorang petualang, tak ada beban yang ada hanyalah tawa.
Kemudian aku mulai mengenakan seragam putih biru. Disinilah hal-hal baru mulai kutemukan. Kebiasaan berpetualang mulai luntur berganti dengan kebiasaan mengurung diri di kamar dan sibuk dengan berjuta cerita yang terangkum dalam buku diary, hahaha rasanya agak geli mengingat masa itu. Dalam buku bersampul biru muda dan tertulis “my diary” itu hanya terdapat tiga cerita utama, cerita tentang keluarga, cerita tentang persahabatan dan yang tidak bisa dipungkiri adalah cerita tentang percintaan. Seragam putih biru menjadi kali pertama aku mengenal persahabatan yang sesungguhnya. Seorang sahabat yang sampai sekarang masih saling berbagi satu sama lain walaupun dia yang disana sudah berpredikat nyonya sekaligus ibu dari anak semata wayangnya.
Tiga tahun dengan seragam putih biru akhirnya berganti dengan putih abu-abu. Fase awal kedewasaan dimulai. Aku melanjutkan studi di luar kota sehingga memaksaku harus hidup merantau atau banyak disebut hidup ngekos. Banyak suka duka saat pertama kali merasakan kehidupan kos, tapi yang terlukis di ingatan hanyalah saat-saat indah dengan berbagai kisah di dunia kos yang sangat fantastic. Aku merasa teman-taman kos sudah seperti saudara kandung. Melewati waktu hampir 24jam bersama selama 3 tahun sudah pastilah banyak kisah yang tercipta. Berjuang bersama, kadang terpuruk, kemudian mulai bangkit, terselip tawa, walau kadang tergores luka yang terselimuti oleh tangisan dan akhirnya waktu pula yang memaksa kita harus berpisah mengantarkan kita ke arah jalan hidup masing-masing menuju masa depan yang indah tentunya. “Teman yang terhanyut arus waktu, mekar mendewasa, masih ku simpan suara tawa kita. Kembalilah sahabat lawasku, semarakkan keheningan lubuk. Hingga masih bisa kurangkul kalian sosok yang mengaliri cawan hidupku. Bilakah kita menangis bersama tegar melawan tempaan semangatmu itu, oh jingga…………”
Setelah 9 tahun menjalani studi dengan seragam sampai saatnya aku melanjutkan studi tanpa harus menggunakannya. Aku masuk ke jurusan yang aku sendiri sampai sekarang masih bertanya-tanya. Tapi itulah kehidupan, kadang keputusan yang kita ambil tanpa kita sadari. Awalnya sempat menumpuk penyesalan dalam hati tapi pada akhirnya aku menyadari bahwa setiap jalan hidup yang digariskan Allah SWT adalah yang terbaik bagi kita dan pastilah selalu ada hikmah di balik itu semua. Dari sini aku menghadapi berbagai masalah yang justru membuat aku semakin mengerti kehidupan. Bahwasannya kehidupan sesungguhnya, tidak selalu berjalan lurus, kadang kita harus berbelok-belok untuk mencapai sebuah tujuan.
Aku melanjutkan studi lagi, beda jurusan tapi masih berhubungan. Masa studi 2 tahun ternyata cukup singkat untuk dijalani. Waktu itu aku harus hidup merantau seperti halnya waktu aku masih mengenakan seragam putih abu-abu dan saat pertama kalinya aku menanggalkan seragamku. Aku merantau di kota lain dan tentunya aku menemukan teman lain yang pada akhirnya mereka menjadi sahabat yang tak terlupakan. Kebersamaan kami memang singkat tapi sudah berjuta permasalahan pelik kami lewati bersama. Cobaan untuk menuju kedewasaan benar-benar teruji saat itu. Setiap permasalahan yang kita hadapi menuntut kami untuk bisa berfikir dewasa. Semuanya kami hadapi bersama. Tawa, tangis, bahagia, sedih, sudah hal yang wajar kami hadapi bersama. Mungkin itulah yang membuat aku dan ketiga temanku semakin merasa saling memiliki. Dan lagi, waktu harus memisahkan kebersamaan kami. Rasa kehilangan itu sangat terasa pada awal-awal perpisahan. Kerinduan akan kebersaan itu sudah pasti menjadi sedikit goresan luka dalam hati saat menyadari bahwa untuk bersama lagi seperti dahulu adalah hal yang sulit terjadi. Kehilangan kalian adalah keadaan yang sungguh tidak menyenangkan. Miss u all pren….
Akhirnya aku telah menyelesaikan perjuanganku di bangku sekolah. Kini saatnya aku memasuki dunia sesungguhnya, dunia kerja. Aku menemukan sebuah lingkungan kerja yang sangat menghibur. Baru sebentar aku berbaur di lingkungan itu aku sudah merasakan indahnya kebersamaan. Mengenal teman kerja dengan karakter masing-masing tampaknya menjadi sebuah pengalaman yang sangat seru. Tapi perpisahan lagi-lagi menjadi hal menyakitkan yang harus dihadapi. Aku harus berpisah dengan sebagian dari mereka. Menyedihkan tapi itulah yang terjadi.
Sampai saat ini aku tak bisa mengerti mengapa selalu ada perpisahan…
Sangat menyakitkan tapi itu selalu terjadi…
Jika kita renungi bersama kita selalu merasakan perpisahan dengan sahabat kita, kemudian kita menemukan dunia baru dan mendapatkan sahabat baru. Tapi haruskah dengan perpisahan untuk kita mendapatkan sahabat baru?????
Kita ambil hikmahnya saja, perpisahan dengan sahabat lama dan pertemuan dengan sahabat baru bukan berarti kita akan melupakan sahabat lama bukan??? Anggap saja perpisahan hanyalah sebagai pemisah ruang dan waktu antara kita, tapi dalam hati kita, setiap sahabat dalam setiap fase hidup kita akan selalu terukir indah dalam hati.
Sahabat,,, terima kasih atas semua kisah indah yang kita jalani bersama…..
I miss you all and we will be together next time… That’s will become true… I believe that…

To all my friends in my life

Minggu, 26 Agustus 2012

Sahabat Tanpa Batas

Adalah sebuah hal yang wajar apabila hidup ini berisikan dengan berjuta permasalahan pelik, berjuta ekspresi hati dari senang sangat senang agak senang atau sebaliknya dan masih banyak lagi. Tapi semuanya terasa begitu indah saat ada seseorang berada di samping kita. Seseorang yang bukan hanya menemani kita dalam suka tapi akan tetap setia dalam setiap keadaan kita, seseorang yang secara formal bukan milik kita tapi mempunyai rasa saling memiliki bahkan lebih dari itu.
Adalah seorang sahabat tanpa batas...
Walaupun terdengar lumayan aneh di telinga tapi memang begitulah adanya. Apabila kita renungi, apa yang telah diberikan sahabat bagi kita tak terbatas. Sahabat tidak selalu memberikan jalan keluar dari permasalah yang kita hadapi akan tetapi sahabat adalah tempat bersandar paling nyaman saat kita terpuruk.
Sahabat... rindu ini tak terbatas untuk kalian semua...